Pijat Plus Plus buat Tenang?

Share on :

Di sebuah negeri antah berantah, seorang kawan duduk di samping saya. Awalnya kami bahas kuliah yang tak kunjung usai ini, sampai tiba-tiba ia bilang begini pada saya, " Gue mau cerita, tapi orang di dunia ini yang tahu cuma elo."

Saya menanggapinya biasa aja, " Yaudah cerita aja."

Akhirnya dia cerita, kalau selama awal 2017 ini dia sedang sibuk main cewek. Saya masih aja cuek dengar ceritanya. Ya, dipikiran saya dia cuma main cewek buat diajak jalan, makan, nonton, ya segitu ajalah ya. Sampai akhirnya, dia tunjukan chat dia dengan sang perantara. Saya baca-baca lah chatnya, jelas disana sang perantara sibuk megirim banyak foto wanita cantik. Ya, dipikiran saya sebenarnya masih sama, nggak mungkin dia berbuat yang lebih dari sekedar ajak cewek itu nonton dan makan. Pokoknya buat menemani dia aja lah, having fun lah.

Ah, iya saya pikir kawan saya tak segila itu untuk "main" dengan cewek itu di sebuah kamar. cerita bergulir, saya sibuk baca beragam chat di wahtsapp nya. Beragam chat dia dengan si cewek.

" Ada yang jilbaban juga loh," dia sodorkan foto seorang wanita cantik dengan hijabnya. Wanita dengan setelan tunik, jilbab cukup menutupi dada, dan mengenakan celana jeans. Tak pernah akan mengira si cantik kerja di sebuah tempat pijit.

Ah gila pikir saya, dia memang sering main di club, minum segelas alkohol, tapi tak akan sentuh wanita sedalam itu.

" Gue stres!" ujarnya.

Cerita bergulir saja dari mulutnya, saya cuma menanggapinya dengan cuek, padahal dalam hati, ah mau ngamuk rasanya. Saya cuma bisa berikan dia beberapa nasihat dan sesekali berkata, " Gila lo, menjijikkan!"

" Loe jijik sama gue?" tanyanya

" Ya gimana ya. Yaudahin sih main kaya gitu, mumpung belum terlalu jauh."

Hah, uang memang benar-benar bisa menghilangkan stres baginya. Cewek itu cuma dibayar murah, sekitar satu juta rupiah sekali dia ikut "pijat plus"

" Nilai gue hancur. Gue sampai harus terapi karena stres."

Ya, dari mulut seorang muslim saya cuma bisa mengingatkannya untuk mendekatkan diri pada Allah, perbaiki shalat, dan berdoa. Saya rasa, semua itu cukup untuk membuat tenang.

" Gue dulu sering shalat, tapi nilai gue tetap aja hancur."

" Ayolah, gue juga nggak pintar, tapi paling nggak elo belajar. Kalau gue sih belajar dekat-dekat UTS sama UAS benar-benar intens, makanya bisa lumayan dapat nilai."

Ya, saya bisa apalagi selain berpetuah seperti itu?

Sedih saja lihat seorang kawan rusak sedalam itu.

Eh, tapi dipikiran saya sampai sini masih "sekedar" main ceweknya, tidak sampai dicoblos.

Huft, positif sekali pikiran saya.

Sampaaaaaii, saya baca chat seorang cewek yang mengirimkan foto anjing.

" Lucu ya."

" Iya." jawab kawan saya.

" Mau beli, tapi uangnya masih kurang 3 juta. Kamu kasih duitnya dong, nanti bisa ML sama saya 3x deh."

WHAT?

Di chat yang lain, si cewek berjilbab tak kalah berbeda, cewek dengan tarif 750ribu semalam ini bilang ia butuh uang untuk bayar kostan.

Ayolah kawan, gila sekali main mu.

Uangnya banyak, tapi habis untuk hal-hal aneh macem itu.

" Gue tenang kalau habis main."

Hah, saya hanya bisa menghela nafas dan geleng-geleng. Saya buka instagram saya, saya perlihatkan beberapa foto orang yang sedang susah.

" Udahlah, mending uang lu buat mereka, perbanyak sedekah."

Obrolan panjang terus bergulir hari itu.

Ternyata, di negeri antah berantah, jika wanita ingin sesuatu, ia hanya cukup tidur dengan seorang laki-laki, maka tak sulit. Tolonglah berubah, rasanya uang tak bisa membawa ketenangan di akhirat nanti. Tak ada yang bisa beli surga dengan uang.

Sudut rindu

1 Maret 2017
10.38

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEPENGGAL KISAH © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers