Handphone baru itu baru saja dua hari di tangan ku, tapi aku telah benar-benar merasakan manfaatnya, maklum lagi tren handphone dengan dua simcard. Ini bukan karena teknologi yang semakin penting, tapi ini semua karena urusan hati. Tak cukup untukku menggunakan satu simcard, karena itu berarti masuk ke kandang singa. Kalau nomor yang kupakai untuk sms Nata setiap hari diketahui orang banyak, beuh, bisa-bisa Nata si ganteng tahu kalau cewek yang rajin kasih perhatian sama dia itu aku.
“ Ga, nggak baik memulai sesuatu dengan kebohongan.”
Ucapan Metha masih terngiang jelas di otakku. Tapi, kalu hal ini tidak dimulai dengan kebohongan, kapan aku bisa dekat lagi dengan Nata, senior yang kutaksir sejak duduk di bangku SMP.
Handphoneku kembali bergetar, artinya ada sms dari Nata.
Nata
De, udah makan ?
Dengan kilat kubalas sms dari Nata. Hu, kapan sih Nata benar-benar bisa perhatian sama aku, bukan dengan Ceri. Ya, itu nama yang kugunakan untuk membohongi my prince. Tak lama, handphoneku kembali berbunyi, sms masuk ke simcardku yang ke dua. Wah, sms dari Rio.
Rio
Yank, makan dulu gih.
Aku udah makan dong!
Aku pun membalas sms dari Rio. Kedua simcardku sejak tadi memang sibuk. Ada cowok yang ngajakin aku kenalan lewat sms, dan tiba-tiba cowok itu nembak aku. Aduh, aduh, sorry ya, sayang aku kan cuma untuk Nata seorang.
Aku dan Nata asyik ber-sms-an ria, aku benar-benar menikmati keadaan seperti saat ini, walaupun Nata tak pernah tahu, mantan pacarnya lah yang coba menjalin hubungan lagi dengannya. Aku sendiri bingung dengan Nata, entah alasan apa yang membuat Nata tak pernah lagi mau membalas sms dariku.
Kebohonganku berjalan dengan mulus. Nata sampai saat ini belum tahu siapa Ceri yang asli. Bunga mawar putih yang kukirim atas nama Ceri kepadanya sebenarnya menggambarkan betapa tulusnya cintaku pada Nata. Tapi, sampai kapan Nata harus tahu cinta itu bukan dari aku.
Lagu Putus Nyambung milik BBB mengalun indah dari handphoneku. Wets ada telepon masuk dan aku panik bukan main, karena aku tahu, itu pasti telepon dari Nata. Aku ragu, mengangkat telepon itu atau tidak, karena Nata menelepon Ceri bukan aku. Nggak ada siapa-siapa disini yang bisa membohongi Nata. Sapu tangan merah yang kutemukan di atas tempat tidur akhirnya membuat ku membuat keputusan mengangkat telepon itu.
“ Assalamualaikum kaka!” handphoneku ku tutup dengan sapu tangan itu dan kubuat suara ku seserak mungkin.
“ Waalaikumsalam dede!” Nata menjawab salamku dengan lembut. Uh, untung Nata nggak tahu ini aku, soalnya kan Nata pasti hafal dengan suara cewek yang pernah ia sayang.
“ Kenapa nih kak?” tanyaku.
“ Nggak, kakak kangen suara dede, tapi suara dede kok serek banget, masih sakit ya ?”
“ Iya nih kak, flu nya nggak sembuh-sembuh.”
Obrolan ringan bergulir diantara kami. Ya, tapi semua hanya kebohongan, Nata menelepon Ceri, bukan aku, hal itu yang harus selalu kupertegas dalam pikiranku. Sampai kapan sih Nat, aku harus nunggu cinta kamu lagi.
“ De, ketemuan yuk!”
Ajakan Nata membuatku terdiam sesaat, sampai akhirnya aku setujui ajakan itu.
“ Ya udah, hari sabtu kakak tunggu di wiladatika.”
Sambungan telepon itu akhirnya terputus.
Sabtu ini, Rini, sepupuku lagi liburan di rumaku, otomatis, aku bisa menggunakan Rini untuk menyamar menjadi Ceri, dan aku yakin Rini pasti mau.
Saat sedang asyik smsan dengan Rio, akupun mendapatkan ide untuk mengajak Rio bertemu denganku, ya sebenarnya sekalian memata-matain pertemuan Nata dengan Rini. Balasan sms dari Rio pun tak harus ku tunggu lama, karena cowok itu menyanggupi ajakanku.
Hari sabtu benar-benar menjadi hari yang sangat ku tunggu. Apalagi, Rini benar-benar sudah menyanggupi permintaanku, asal brownies keju favoritnya terhidang sebagai dessert malam nanti. Walau waktu berjalan dengan sangat lambat, hari sabtu yang kutunggu benar-benar tiba.
“ Rin buruan!” aku menyuruh Rini segera naik ke dalam mobil. Kak Satria, abangku yang paling ganteng ini sudah bersedia mengantar kami, walau pasti ada imbalannya juga. Rini sudah tahu apa yang harus ia lakukan nanti, salah satu simcard handphoneku pun telah berpindah tangan.
“ Nanti, kak Nata telepon kesini, angkat aja ya.”
“ Beres Bos!” Rini mengancungkan dua jempolnya kepadaku.
Kutinggalkan Rini seorang diri dan akupun berjalan menuju tempat aku dan Rio telah membuat janji. Sesosok cowok yang memang bisa di bilang tampan sudah menungguku dan aku yakin itu Rio.
“ Hai!” ku coba sapa cowok yang sejak tadi tersenyum ke arahku.
“ Hai, pasti Mega ya? Tuh kan benar ternyata kamu emang cantik banget!” belum apa-apa, Rio sudah mulai menggombal.
Aku lebih banyak diam, ternyata Rio nggak segombal dan seperhatian di telepon maupun sms darinya terhadap ku.
“ Jalan-jalan aja yuk!” ajakku akhirnya. Kami mengeliling taman bunga ini, tempat favorit aku dan Nata dahulu. Saat asyik bersenda gurau yang cukup garing, kami berpapasan dengan Nata dan Rini. Kupandangi Nata, hingga senyum khas darinya menyapaku terlebih dahulu, walau terlena, ku balas senyum itu. Kejadian itu hanya berlalu dengan singkat. Saat ini aku malah ketakutan, takut Nata tambah nggak suka lagi denganku, karena tahu aku berjalan dengan seorang cowok.
“ Kamu kenapa?” tanya Rio.
“ Oh, gue nggak apa-apa!” jawabku, seakan aku baru kembali jatuh ke dunia.
“ Kamu kenal sama cowok tadi?” tanya Rio.
Aku hanya tersenyum ke arah Rio.
“ Cakep ya tuh cowok!” kata Rio lagi.
Aku memandang Rio, “ Ya, dia emang cakep banget!” Rasa sukaku kepada Nata sudah tak dapat kusembunyikan.
“ Kamu suka ya sama dia?” tak ada ekspresi cemburu dari wajah Rio ke arahku, padahal kemarin kan dia coba nembak aku.
“ Ha?” aku bingung bukan main mendengar pertanyaan Rio.
“ Kalau emang kamu suka, samperin dia, jangan pada main gengsi!” kata-kata Rio begitu tegas layaknya seorang kakak. Ku terdiam menatap cowok di hadapanku.
Kata-kata Rio membuatku tersindir. Kuusir gengsi yang telah bertahta di hatiku selama ini dan kutinggalkan Rio seorang diri. Ku berjalan ke arah Rini dan Nata dengan langkap mantap, tapi langkahku terhenti saat tersadar mataku dan Nata beradu pandang. Tak ada lagi keberanian di hatiku untuk mengungkapkan rasa cinta ini setelah melihat sorot elang itu. Aku terdiam, tapi kulihat Nata melangkah ke arahku meninggalkan Rini.
“ Hai!” sapanya ramah ke arahku.
“ Hai kak, apa kabar?” tanyaku, aku benar-benar salah tingkah di hadapannya.
“ Baik, teman kamu mana?” tanyanya.
“ Ada kak, tapi dia nyuruh aku nemuin kakak.”
“ Rini udah cerita semuanya!” kata Nata.
“ Rini?” ekspresiku panik bukan main. Tahu darimana Nata nama asli Ceri itu Rini.
“ Ya, adik sepupu kamu kan?”
Ku tertunduk, “ Kakak boleh kok marah sama aku.”
“ Untuk apa?” tanyanya.
“ Untuk kebohongan yang sudah aku lakuin sama kakak.”
Nata memegang tanganku dan ia lama memandang wajahku.
“ Buat apa aku marah? Harusnya kamu yang marah sama aku!”
Aku balik memandang wajah prince ku, “ Aku marah sama kakak?”
“ Ya, kamu juga harus tahu, Rio itu aku, bukan orang yang kamu temuin tadi. Dia juga sepupu aku, Dimas.”
Aku tak bisa berucap, mencoba memahami situasi yang terjadi.
“ Kamu ingat waktu aku mutusin kamu dulu?” tanyanya.
Aku hanya bisa mengangguk, mengingat kejadian beberapa bulan lalu yang tak pernah ku inginkan.
“ Sejak saat itu aku sadar, ternyata rasa sayangku pada kamu tumbuh jauh lebih besar. Tapi gengsi yang singgah di hatiku menutup rasa cintaku padamu.” Genggaman tangan Nata semakin erat.
“ Kak, jujur, setelah kita putus, rasa sayangku sama kakak nggak pernah hilang, malah aku setia nungguin kakak.”
“ Aku sudah capek mempertahankan ego ini. Jadi....!”
Nata belum berucap apa-apa, ketika Rini dan Dimas menghampiri kami.
“ Lanjutin dong Nat! Jadi cowok jangan setengah-setengah.” kata Dimas berteriak.
“ Saksinya mereka berdua ya?” kata Nata, “ Disini aku cuma mohon satu permintaan sama kamu. Kamu mau nggak jadi kekasih hatiku? Sekali lagi!”
“ Duh, nggak bakalan di tolak deh!” teriak Rini membuatku malu.
“ Kak, ini semua jujur dari hati aku. Aku juga sayang sama kakak dan permintaan yang keluar dari mulut kakak, sudah lama banget aku tunggu dari kakak, jadi aku nggak mungkin nolak kakak!” Ku tersenyum ke arah pujaan hatiku dan adegan yang paling kusuka, Nata memelukku.
“ Akhirnya!” ucap Rini dan Dimas.
Ku tersenyum memandang segalanya.
Say good bye to gengsi and Welcome to cinta.
SAAT GENGSI TELAH BICARA
Diposting oleh
CERITA CINTA
Jumat, 28 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar