Maaf

Share on :

Ada perasaan kacau, berantakan, sudah tanggal 5 Juni 2016, kostan kosong, hampir semua tidak disini. Terlepas kampus yang memang sedang libur, tapi besok ada 1 Ramadhan. Lalu aku masih disini, di ruang kecil ini mengutuk diri sendiri. Air mata tumpah begitu saja. Sejak tadi pegang handphone, mau telepon ke rumah, tapi nyatanya nggak sanggup. Akhirnya ya benar-benar nggak telepon. Benar-benar tidak minta maaf atas kesalahan setahun terakhir dan mengucapkan selamat puasa untuk orangtua di rumah. Nggak sanggup, iya nggak sanggup.

6 Juni 2016, hari pertama aku terbangun untuk sahur, oh tidak, tapi aku tidak puasa hari ini. Hanya terbangun karena sebuah chat line masuk. Tahu chat dari siapa? Iya dari Ayah, bangunin sahur dan nanya kenapa tidak pulang. Ya aku hanya jawab sekedarnya saja dan janji jumat ini pulang. Nyatanya, jumat ini aku malah sedang update blog disini, dikamar kostanku.

Perasaan aku nggak karuan, entah harus gimana. 6 Juni kemarin aku benar-benar gila, nggak mau di ganggu siapa-siapa. Handphone aku matikan dan aku pergi menyendiri ke Sapulidi. Iya benar-benar sendiri, hanya ingin menenangkan diri.

9 Juni 2016, aku terbangun karena suara penggorengan yang beradu dengan spatula. Ah, aku kangen rumah, suara-suara itu yang aku dengar biasanya saat tidur di kamar kecilku yang nyaman. Suara penggorengan dan spatula yang digunakan mama.

10 Juni 2016
PERASAAN KU BERANTAKAN
Sangat berantakan, mimpi aneh, mimpi buruk, iya mimpi dari setan. Tapi perasaanku kacau. Bener-bener nggak bisa digambarin.
AKHIRNYAAAA
Telepon ayah, ngobrolin kelanjutan kuliah yang harusnya udah ambil keputusan dari 2014 lalu. Yaudah jawaban ayah mah bebas-bebas aku aja, menurut yang terbaik.
Nggak lama mama juga telepon, dan telepon ini yang bener-bener bikin perasaan aku tenang. Yang diobrolin sama mama emang suruh aku pulang ngurus pendaftaran sekolah ade, ya paling nggak aku denger suara mama.

Terlalu hina, ketika orang yang dulu selalu jadi nomor satu dan dibanggakan akhirnya jadi seperti ini.
Ketika berbagai rencana yang sudah disusun rapi akhirnya berakhir berantakan.
Ketika A dan B yang harusnya sudah selesai tak pernah terselesaikan.
Ketika C yang harusnya sudah dikirim ulang, nyatanya tersentuh saja tidak untuk di revisi, atau sekedar melihat salahnya.
Ketika D yang harusnya sudah dimulai, hanya angan di pikiran.
Ah gi, kenapa hidupmu jadi seberantakan ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEPENGGAL KISAH © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers