Entah apa yang aku lakukan kemarin. Aku seakan membuka lembaran masa lalu ini dengan paksa, atau memang aku yang nggak pernah menutupnya. Ya, aku masih membicarakan masa lalu tentang laki-laki yang kurasa tak perlu lah kita bahas lagi.
Entah, aku yang aneh, atau memang aku yang bodoh, aku yang sering membahasnya di rumah, padahal dulu, saat hubungan kami berjalan (hampir 3 tahun) aku yang selalu menutupnya rapat, aku selalu berdalih dia bukan siapa siapa.
"Iya ma, dia itu kaya gini, dia itu kaya gitu," aku ceritakan semuanya pada mama. Padahal dulu? Hampir tak pernah. Karena ya, memang mereka tak pernah suka.
" Sudahlah, semua punya masa lalu!" Kata mama saat itu.
Aku kembali merenung, tapi melupakannya mungkin memang pilihan terbaik. Buktinya, dia melupakanku dengan cepat.
Aku membuka buku-buku yang selalu setia menemaniku ketika air mata ini mengalir karenanya sejak bulan september lalu. tapi, dua bulan ini aku berusaha meninggalkannya. Karena aku mulai mantap untuk benar benar melupakannya. Melupakan laki-laki yang dulu selalu bilang, " Aku berjuang untukmu" tapi, kurasa, ia tak pernah berjuang untuk merebut hati kedua orangu tuaku.
Laki-laki itu juga sering berujar " Aku ingin mnenjelaskan semua padamu"
Tapi nyatanya aku tak tahu penjelasan macam apa yang sebenarnya ingin ia beri.
Sudahlah, itu masa lalu. Tapi, itu yang membuatku masih berada di dalam kolam renang dan kedinginan sekarang. Aku belum mampu untuk naik ke permukaan.
Aku butuh bantuan orang lain untuk keluar.
Ketakutan ini menyeretku semakin dalam. Bahkan, aku merasa, aku bukan lagi berada di dalam kolam renang, aku seperti berada di dalam pusaran, semakin kuat aku berusaha keluar, semakin kuat juga ia menarikku masuk ke dalamnya.
Berapa lama lagi aku harus bertahan di dalam pusaran ini? Akankah aku bisa bebas? Atau malah tertarik semakin dalam dan menghilang?
Aku kembali merenung, tapi melupakannya mungkin memang pilihan terbaik. Buktinya, dia melupakanku dengan cepat.
Aku membuka buku-buku yang selalu setia menemaniku ketika air mata ini mengalir karenanya sejak bulan september lalu. tapi, dua bulan ini aku berusaha meninggalkannya. Karena aku mulai mantap untuk benar benar melupakannya. Melupakan laki-laki yang dulu selalu bilang, " Aku berjuang untukmu" tapi, kurasa, ia tak pernah berjuang untuk merebut hati kedua orangu tuaku.
Laki-laki itu juga sering berujar " Aku ingin mnenjelaskan semua padamu"
Tapi nyatanya aku tak tahu penjelasan macam apa yang sebenarnya ingin ia beri.
Sudahlah, itu masa lalu. Tapi, itu yang membuatku masih berada di dalam kolam renang dan kedinginan sekarang. Aku belum mampu untuk naik ke permukaan.
Aku butuh bantuan orang lain untuk keluar.
Ketakutan ini menyeretku semakin dalam. Bahkan, aku merasa, aku bukan lagi berada di dalam kolam renang, aku seperti berada di dalam pusaran, semakin kuat aku berusaha keluar, semakin kuat juga ia menarikku masuk ke dalamnya.
Berapa lama lagi aku harus bertahan di dalam pusaran ini? Akankah aku bisa bebas? Atau malah tertarik semakin dalam dan menghilang?
0 komentar:
Posting Komentar