Pelangi tak lagi Berwarna

Share on :


Nama ku pelangi. Aku bosan dengan hidupku, walau buat beberapa orang kehidupanku adalah anugareh. Nyaris sempurna memang. Punya otak, nggak bodoh-bodoh amatlah, malah bisa di bilang cukup pandai. Punya kegiatan segudang, mulai dari latihan beladiri, kegiatan keagamaan, pramuka, kesehatan, dan semua aktivitas di luar rumah, otomatis, teman ada dimana-mana. Walaupun sebenarnya aku tak terlalu suka bergaul dan lebih senang menghabiskan waktu dengan membaca buku, tapi karena kegiatan ini lah aku cukup eksis. Muka juga bukan termasuk dalam kategori jelek, dibilang cakep juga boleh. Temen cowok? Beuuuh, banyak banget. Yang suka juga bukan satu dua orang aja.
Sempurna??
Diluar sih kelihatannya begitu.

Padahal aku punya sisi kelam lain yang nggak pernah muncul ke permukaan, sehingga orang hanya tahu PELANGI yang PERFECT, PELANGI yang CERIA, bukan PELANGI yang KELAM, bukan PELANGI yang PENYENDIRI. Tapi yang mereka tahu memang aku seperti pelangi, PENUH WARNA.
Selain itu, inilah aku, pelangi yang benar-benar baik hati, aku jarang sekali marah dan paling sulit berbicara ‘TIDAK’ untuk orang lain. Itulah yang membuat aku jadi seperti sekarang. Aku kehilangan orang-orang yang kurasa dulu sayang sama aku. Tapi nyatanya, mereka cuma sayang sama aku, saat mereka butuh campur tanganku dalam urusan mereka. Setelah urusan selesai, mereka lupakan aku dan katakan say good bye. Jadi, dimana aku bisa punya orang untuk berbagi kasih?
Bukan cuma orang lain yang butuh di dengar dan di tanggapin segala kisah dan kesedihan mereka. Akupun butuh itu, tapi saat aku ingin berbagi keluh kesahku, mereka menghilang, tak ada lagi di sampingku. Dimana mereka?? Saat air mataku mengalir dengar deras, tak satupun orang berusaha menghapusnya. Tak satupun berusaha menenangkanku, tak satupun berusaha meminjamkan aku bahunya untuk bersandar, sampai akhirnya kututup itu semua, kubiarkan itu dalam bagian hitamku. Tak lagi kubiarkan orang lain tahu dengan kesedihanku. Saat air matakupun mengalir, itu hanya saat aku sendiri, mencoba melepas kegundahan yang ada dihatiku. SEORANG DIRI tanpa SIAPAPUN.


Saat kurasa orang tua ku adalah satu-satunya orang yang bisa mendengarkan kisahku. Ternyata, orang tuakupun cukup sibuk dengan urusannya masing-masing. Masa kanak-kanakku telah hilang, artinya kisah penuh kasih sayang dan perhatian itu juga sudah lenyap. Tak ada lagi ciuman di pipiku dari kedua orangtuaku, tapi jujur dari lubuk hati terdalamku, saat aku sudah menjadi bocah SMA pun, aku masih mengharapkan hal itu, aku masih tetap ingin diperlakukan seperti anak umur lima tahun, karena aku tahu itu salah satu cara menunjukkan betapa berarti diriku dalam hidup mereka.
Sekarang itu tak pernah ada lagi. Semua sibuk dengan dunia mereka. Tak lagi ada waktu untuk mendengarkan cerita-ceritaku di sekolah. Tak ada lagi yang mau mendengar keberhasilan ku dalam sebuah kegiatan. Semua lebih memilih diam membisu atau malah marah saat aku bercerita, karena buat mereka ceritaku tak akan mengobati lelah mereka. Jadi, bagaimana caraku kembali berwarna? kalau PELANGI harus selalu di tutup awan hitam.

0 komentar:

Posting Komentar

 

SEPENGGAL KISAH © 2011 Design by Best Blogger Templates | Sponsored by HD Wallpapers